top of page

Perselingkuhan dalam Kekristenan - Pdm. Nehemia Whimpie S.Pak

PERSELINGKUHAN DALAM KEKRISTENAN

Karena itu, yang namanya perselingkuhan, apakah suami mempunyai wanita idaman lain (WIL) ataukah istri mempunyai pria idaman lain (PIL), semua itu dapat membuat pernikahan hancur dan membawa dampak buruk serta mengerikan pada anak-anak, keluarga dan orang lain. Jadi, sebagai orang Kristen dan keluarga Kristus, diupayakan dan diharuskan agar orang Kristen tidak terlibat dalam perselingkuhan, apapun alasannya. Contoh perselingkuhan pangeran Charles, juga yang terkandung dalam istilah PIL dan WIL ini dinamakan perselingkuhan jasmani. Namun ada lagi perselingkuhan yang lebih berbahaya dan berdampak (mengerikan) kematian kekal, yaitu perselingkuhan rohani. Selanjutnya akan dibahas mengenai perselingkuhan rohani: Apa definisinya? Apa pengertian menurut Alkitab? Apa karakteristiknya? Apa dampaknya? Dan bagaimana menghindari serta menang terhadapnya? Berikut penjelasannya.

DEFINISI SELINGKUH

Definisi selingkuh didapatkan pertama-tama melalui definisi umum dan kemudian dapat diterapkan untuk ranah kerohanian. Berikut definisi selingkuh menurut beberapa sumber, yaitu: pertama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “selingkuh” merupakan kata yang berdiri sendiri, bukan dibentuk dari kata “lingkuh” yang diberi awalan “se”. Kata selingkuh memiliki arti: tidak berterus terang, tidak jujur, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, curang dan serong. Maka, pada hakekatnya “selingkuh” bermakna “keterlibatan dua insan dalam petualangan asmara di luar jalur sah”. Kedua, menurut kamus umum selingkuh adalah berlaku menyeleweng, main serong, penghianat dan pembohong.

Dari definisi secara umum ini, pengertian “selingkuh rohani” dapat diartikan sebagai berikut: yaitu berlaku curang, berlaku tidak jujur, menyeleweng, main serong, penghianat dan pembohong, yang dilakukan seseorang terhadap Tuhan. Dalam hal ini, orang Kristen terlibat dalam petualangan ‘cinta’ di luar jalur semestinya sebagai orang percaya kepada Tuhan. Arti “selingkuh rohani” adalah orang Kristen yang menduakan Tuhan, orang Kristen yang memiliki pasangan gelap yang lain, selain Tuhan, dan orang Kristen yang melalukan hubungan ‘kasih’ dengan musuh Tuhan. Pendek kata, perselingkuhan rohani adalah orang Kristen yang melakukan hubungan ‘gelap dengan dosa dunia ini atau dengan Iblis, yang menjadi seteru Tuhan.

SELINGKUH ROHANI MENURUT ALKITAB

Kata “selingkuh rohani” tidak tertulis di dalam Alkitab secara eksplisit (tertulis), namun secara implisit (makna dibalik dari yang tertulis) dapat ditemukan di dalam Alkitab. Kata “selingkuh” atau “perselingkuhan rohani” juga memiliki kesamaan arti (sinonim) dengan “perzinahan rohani”. Karena itu, dalam Hosea 4:12 dikatakan demikian,”Umat-Ku bertanya kepada pohonnya, dan tongkatnya akan memberitahu kepadanya, sebab roh perzinahan menyesatkan mereka, dan mereka berzinah meninggalkan Allah mereka.” Bertolak dari definisinya, maka Alkitab memberikan informasi tentang selingkuh (perzinahan) rohani sebagai berikut.

Menurut Perjanjian Lama, Keluaran 20:3-5 yang merupakan hukum ke satu dari sepuluh hukum Taurat ditegaskan dengan memakai kata perintah “lo” (bhs. Ibrani). Terjemahan yang lebih tepat seharusnya memakai kata “tidak”. Ini lebih tegas dan kuat dibandingkan dengan kata “jangan”. Dalam ayat-ayat ini sangat jelas Tuhan melarang umat-Nya dan orang percaya untuk memiliki allah lain (iblis, setan dan roh-roh jahat atau ‘idol’), membuat patung (berhala, dewa, baal, ukiran, benda pusaka keramat, ajian, jimat dan semua bentuk pemujaan) lalu sujud menyembah dan beribadah kepadanya. Ayat-ayat ini menekankan tiga hal, pertama Tuhan mau umat-Nya hanya memiliki satu Allah saja dalam iman dan kehidupannya, yaitu Tuhan pencipta langit dan bumi. Kedua, Tuhan mau umat-Nya hanya beribadah dan menyembah hanya kepada Dia saja, yaitu Allah yang hidup. Ketiga, Tuhan mau uma-tNya tidak melakukan penyelewengan, tidak main serong, tidak menghianati, tidak berbohong dan tidak berselingkuh (berzinah) dengan allah lain melalui medium-medium seperti patung, berhala, baal, sesajen, jimat, takhayul dan lain-lain, serta ikut percaya dan menyembahnya. Hukum ini berlaku di seluruh Perjanjian Lama, bahkan terus dipertahankan menjadi hukum yang tetap dan berotoritas di dalam Perjanjian Baru.

Larangan Tuhan ini, jika tidak ditaati akan membawa dampak penghukuman. Misalnya, pada waktu orang Israel membuat patung anak lembu emas (Kel.32:1-35) dan menyembahnya, maka pada hari itu, Tuhan menewaskan kira-kira tiga ribu orang yang tidak mau bertobat dari penyembahan berhalannya.

Dalam Perjanjian Baru, peraturan dan perintah Tuhan yang terkait dengan larangan keras bagi umat Tuhan untuk menyembah berhala, tetap ditegaskan dan terus berlaku, karena menyembah berhala adalah perselingkuhan rohani yang sangat keji, najis dan berdosa di hadapan Allah. Larangan keras ini tertulis dalam I Kor10:7, 10:14, I Pet 4:3 dan I Yoh 5:21. Bahkan Paulus meminta agar mematikan penyembahan berhala dalam diri umat Tuhan (Kol 3:5). Namun di dalam Perjanjian Baru, konsep perselingkuhan rohani menjadi semakin luas cakupannya, karena tidak hanya berbicara mengenai penyembahan kepada berhala saja, tetapi semakin luas sebagaimana yang akan dipaparkan sebagai berikut.

Pertama, pada waktu Yesus dicobai Iblis, Yesus menolak mengikuti kata Iblis dan menolak permintaan Iblis untuk menyembah dia (Mat 4:9), sebaliknya Yesus berkata, "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Dengan kata lain, dengan mengikuti kata Iblis dan menyembah dia adalah bentuk perselingkuhan rohani. Sekarang Iblis memakai banyak medium agar orang Kristen terjebak dalam perselingkuhan rohani, misalnya menyembah dan meminta berkat ke gunung Kawi, ke pantai selatan, menyembah roh orang mati, meminta petunjuk kepada “orang pinter” dan berbakti di kuil, di kuburan dan di tempat keramat.

Yesus juga berbicara keras mengenai harta atau mammon, kata-Nya,”Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat.6:24). Mamon adalah harta. Yesus tidak membenci orang yang punya banyak harta, tetapi yang membuat Yesus marah adalah ketika harta sudah mengikat hati orang tersebut. Misalnya, dengan mengejar harta, orang tidak mau ke gereja, bahkan menjauh dari Tuhan. Demi harta ada orang memeras dan memperbudak orang lain, dan bahkan demi harta, orang mau membunuh orang lain. Ada juga orang Kristen yang begitu terikat bahkan mendewakan atau mentuhankan hobi, benda-benda, dan orang (idola) dengan ketidak-wajaran, artinya sudah menyamakan Tuhan dengan hobi, benda atau idola. Dengan demikian, harta, keterikatan dengan benda atau mamon sudah menjadi tuan yang dilayani, disembah dan dipertuhankan. Ini juga merupakan wujud perselingkuhan rohani.

Kedua, Paulus berbicara mengenai pasangan yang tidak seimbang (I Kor.6:14-16) antara terang dan gelap, kebenaran dan kedurhakaan, Kristus dan Belial, Allah dan berhala! Paulus menekankan bahwa ada potensi dari orang Kristen untuk melakukan perselingkuhan secara rohani, yaitu hidup secara dualistis: antara kebenaran dan kedurhakaan (hari Minggu mendengarkan kebenaran, hari Senin sampai Sabtu, melakukan kedurhakaan); antara Kristus dan Belial (mengaku dan memuja Kristus tetapi juga pergi mengaku dan memuja Belial); antara Allah dan berhala (menyembah Allah yang hidup dan juga menyembah berhala yang mati). Paulus menekankan hidup yang monoisme dan bukan dualisme. Kalau Kristus, ya Kristus, kalau Allah yang hidup, ya Allah. Paulus tidak mau orang Kristen menduakan Allah atau Yesus dengan yang lain atau berselingkuh secara rohani.

Ketiga, rasul Yohanes menegaskan bahwa persahabatan dengan dunia adalah perselingkuhan rohani, yaitu bentuk ketidak-setiaan kepada Allah dan janji komitmen kita kepada-Nya. Yohanes berkata,”Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (I Yoh 2:15-17). Persahabatan dengan dunia meliputi: berbuat dosa, menuruti hawa nafsu keduniawian, mengasihi dan menuruti semua kesenangan daging seperti percabulan, kecemaran, keangkuhan (sombong) dan semua keinginan mata. Paulus pun menekankan hal-hal ini agar dijauhkan dari hidup orang Kristen, yaitu dengan mengatakan bahwa,”Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Gal.5:19-21). Semua perbuatan dosa ini adalah sama dengan penyembahan berhala. Dalam Efesus 5:5 ia mengatakan,”Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah”, dan dalam Kolose 3:5-6 ia berkata,”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka.”


Featured Posts
!
Recent Posts
!
Archive
Unknown Track - Unknown Artist
00:00 / 00:00
bottom of page