BUKTI MENGHORMATI TUHAN - Dr.Erastus Sabdono
Akhirnya dapat kita temukan bahwa nilai tertinggi kehidupan ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, bahkan bukan diri kita sendiri, tetapi Tuhan yang menciptakan jagad raya dan manusia (Maz 73:25-26). Seberapa pun nilai atau value setiap ciptaan tidak akan dapat menandingi atau menyamai Penciptanya. Betapa hinanya orang yang menghargai suatu ciptaan lebih dari Penciptanya sendiri. Pada kenyataannya, hampir semua orang menghargai suatu ciptaan yaitu dunia ini dengan segala keindahannya lebih dari menghargai Tuhan Yesus Kristus. Perhiasan mereka bukanlah nilai-nilia rohani, yaitu Tuhan dan kebenaran-Nya tetapi segala keindahan dunia.
Hal ini dikatakan oleh pemazmur bahwa mereka berkalungkan kecongkakan (Maz 73:6). Biasanya mereka menjadi sewenang-wenang terhadap sesama yang digambarkan sebagai “berpakaian kekerasan”. Pemazmur memberi pelajaran yang berharga kepada kita dalam kesaksian hidupnya: Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Tuhan dipandang lebih berharga dari siapa pun dan apa pun dalam hidup ini. Selanjutnya Pemazmur juga menyatakan: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya”. Di sini Tuhan dipandang lebih berharga lebih dari dirinya sendiri. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa seseorang menghargai Tuhan lebih dari segala sesuatu, bahkan lebih dari dirinya sendiri? Orang yang menjadikan Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan akan berusaha bagaimana menjadi manusia yang berkenan kepada-Nya atau bagaimana memiliki tselem yang baik. Ia akan berusaha hidup tidak bercela (Maz 73:13). Pada mulanya pemazmur sempat kecewa, mengapa dirinya yang berusaha hidup suci malah terkena pukulan. Ternyata, justru orang yang berusaha hidup suci akan memperoleh jalan yang tidak licin. Kata licin dalam teks aslinya adalah cheqah (הָקְלֶח) yang artinya jalan yang datar (flat) dan lancar atau halus (smooth). Mereka adalah orang-orang yang pantas dihambat atau dihalangi menuju kebinasaan. Oleh karena seseorang berusaha untuk berkenan kepada Tuhan sebagai bukti sikap hormatnya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menasihati dan menuntunnya supaya memiliki “rupa yang tidak hina”. Orang yang rupa (tselemnya) mulia pantas juga diangkat Tuhan dalam kemuliaan (Maz. 73:25). Orang yang sungguh-sungguh menghormati Tuhan akan menjadi orang yang terhormat di kekekalan. -Solagracia-
Orang yang menjadikan Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan akan berusaha berkenan kepada-Nya.